Rumah warga Sarakan di pesisir pantai yang terjebak air laut pasang.
TIRTAJAYA, RAKA - Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Darmawan didampingi Kepala Desa Tambaksari Arum Saepulloh beserta aparatnya mengunjungi lokasi pemukiman yang dilanda banjir air laut pasang di Dusun Sarakan, RT 16/06, Desa Tambaksari, Sabtu (15/11) siang.
Sejak Rabu (12/11) siang pukul 09.00-11.00 WIB sekitar 44 KK (Kepala Keluarga) atau 220 jiwa usik warga setempat direndam air laut setinggi 40-60 cm. Sedangkan 4 rumah warga setempat rusak berat. Kepada camat, warga setempat meminta supaya mereka dipindahkan ke lokasi aman jauh dari lepas pantai. Dalam bahasa kelautan, air laut pasang ini dinamakan 'rob', terjadi akibat global warming (pemanasan global) yang mengakibatkan dorongan air laut, gelombang laut dari jarak jauh dan badai yang sering terjadi di laut.
Seperti dikatakan Sugeng, sebelumnya abrasi pantai Sarakan belum separah ini, pada tahun 2006 saja, hamparan pasir pantai masih membentang luas sekitar 200 meter dari kondisi sekarang. "Tapi setelah melihat abrasi yang parah seperti ini, kita memilih pindah dibanding harus tetap tinggal diam. Kami tidak keberatan pindah, yang penting lokasi pemukiman baru bagi kami dekat dengan sungai, karena mayoritas penghuni (yang kena musibah abrasi, red) adalah nelayan," katanya.
Dihadapan warga tersebut, Camat Wawan mengatakan, dia akan ajukan permintaan warganya itu pada Bupati Karawang Drs. Dadang S. Muchtar. Relokasi pemukiman baru yang akan jadi tempat hunian baru warga Sarakan adalah area pertambakan setempat yang tidak jauh dari pesisir pantai. "Kita coba ajukan ke bupati, karena pada tahun 2006 sekitar 82 rumah warga Sarakan pernah dibantu untuk mengungsi dari bibir pantai yang abrasi. Namun, yang pindah cuma setengahnya, alasannya karena relokasi rumah saat itu terbatas akhirnya sebagian warga masih dipantai sampai sekarang," jelasnya.
Warga setempat, Karmin (32) mengatakan, dirinya sudah beberapa hari tidak melaut mencari ikan sejak air laut pasang, karena dia khawatir pada keluarganya. Dia pun takut jika rumahnya ambruk direndam banjir. "Tuh, rumah itu saja sudah doyong mau ambruk, makanya saya tidak melaut, karena saya harus menjaga keluarga dari musibah ini," katanya sambil menunjukan satu rumah yang doyong.
Selain pemukiman di Dusun Sarakan, sekitar 90 rumah di Dusun Tambaksari II dan 50 hektar tambak ikan bandeng terendam. Di area tambak, tanggul-tanggul sungai tampak jebol, ini disebabkan air limpas. Kata Kepala Desa Tambaksari, Arum Saepulloh, tanggul sungai itu harus diturab, karena kalau tidak dibangun maka air akan limpas dan turun ke pertambakan. "Sepanjang 2 km kiri-kanan tanggul sungai harus diturab untuk menahan limpasan air," ucapnya. (spn)
0 comments:
Post a Comment