Desa Tuntut Bus Angkutan Sekolah

Tuesday, July 29, 2008



JAYAKERTA, RAKA - Bagi masyarakat Kecamatan Rengasdengklok, Jayakerta, Tirtajaya dan Pedes menyaksikan siswa bergelantungan diatas angkot sudah biasa. Pasalnya, angkutan umum di daerah tersebut memang tidak sebanding dengan jumlah siswa yang keluar sekolah secara bersamaan.

Seperti di SMPN 1 Jayakerta, pada siang hari sekitar 750 anak keluar sekolah dan sore harinya sekitar 400 anak, sedangkan cuma ada 3 angkutan umum jenis elf yang setia mengantar siswa pulang-pergi sekolah. Layaknya, satu angkutan umum itu hanya diperbolehkan mengangkut hingga 15 penumpang, tapi kenyataannya hingga 35 anak berjejal dalam satu angkutan umum. Seperti diungkapakan seorang sopir di Jayakerta, Wawan (25). Dia menjelaskan, di dalam mobilnya berjejal sekitar 20 anak, karena selebihnya tidak tertampung, maka 15 anak lainnya naik di atas mobil tersebut. Semuanya bayar ongkos sama, yaitu Rp 1000 per anak.

Jadi, pendapatannya sekitar Rp 35.000 sekali jalan, bahkan lebih jika mengangkut hingga 20 siswa yang bergelantungan di pintu-pintu dan bamper mobil depannya. Kata Wawan, meski siswa bergelantungan di belakang dan atas mobilnya, belum ada siswa yang jatuh. "Selama perjalanan, saya membawa mobil pelan-pelan," ucapnya.

Menanggapi hal ini, Wakasek SMPN 1 Jayakerta juga PLH SMPN 2 Jayakerta Engkus Sutisna, S.Pd menjelaskan, memang hal itu sering menjadi kekhawatiran pihak sekolah, tapi jika melihat kondisi daerah Jayakerta yang jarang angkutan umum, mau tidak mau siswa rela bergelantungan diatas mobil yang melanju kencang.

Dia menceritakan, kejadian terakhir pada tahun 2001 lalu, saat salah satu siswanya duduk diatas angkutan umum, ketika mobil itu melewati batang pohon mangga, anak itu memegangnya dan tertinggal bergelantungan di batang pohon tersebut yang kemudian jatuh. Sopir angkutan itu sendiri yang membawanya ke UGD RS Proklamasi Rengasdengklok, tapi kondisinya lukanya tidak begitu parah.

Sementara, di SMPN 2 Jayakerta sejumlah 850-an siswa pun berjejer di sepanjang jalan raya Batujaya, mereka menunggu angkutan umum dari arah Rengasdengklok ke Batujaya atau sebaliknya. Jika tidak kebagian tempat duduk, belasan siswa pun terpaksa bergelantungan di pintu, belakang dan atap kendaraan. Ada juga angkutan umum yang sengaja menjemput, mereka mengangkut siswa dengan ongkos yang murah Rp 500.

Angkutan umum kecil ini hanya sanggup menampung 15 siswa di dalam dan 10 siswa diatasnya termasuk yang bergelantungan di pintu dan belakang mobil. Kendati begitu, ketidak nyamanan ini tetap saja dianggap tantangan oleh siswa tersebut. Seperti diungkapkan beberapa siswa, mereka tidak keberatan naik di kap mobil.

Camat Jayakerta, Drs. H. Hamdani menyatakan, dirinya pernah menghimbau kepada sekolah-sekolah supaya melarang siswanya bergelantungan di atas mobil, tapi kenyataannya tetap saja siswanya yang nakal. "Kita tahu, angkutan pelajar di kecamatan lain pun tidak efektif. Memang sulit menangani hal ini, karena meski masyarakat sudah dikasih, tapi kenyataannya tetap saja seperti itu, saya sudah menghimbau pada kepala sekolah supaya jangan ada yang diatas karena membahayakan nyawa pelajar," ujarnya. (spn)

0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan