"Yang saya takutkan air banjir tidak buru-buru surut, karena jika dua hari terendam, maka semua bibit Hibrida SL-8 yang diberi pemerintah kemarin terancam mati. Pada musim hujan pun sawah saya di Kobak Sireum di Desa Kampung Sawah sudah mati terendam banjir," kata anggoa Kelompok Tani Sri Rejeki, Desa Kampung Sawah, H. Ma'mun SE, kepada RAKA, Jumat (16/1) siang.
Otomatis, akunya, dia butuh bibit lagi, karena bibit kemarin sudah mutlak mati. Banjir di sawah ini akibat air tidak mengalir tapi mengantung, dia berharap pada pemerintah, agar program penanaman bibit hibrida berjalan dia meminta ada bibit pengganti dari pemerintah yang diturunkan tidak lama setelah banjir. Kata Ma'mun, padahal sebelum banjir kemarin, para petani sempat melakukan 'kala gumarang' atau memberantas hama tikus termasuk keong.
Banjir ini akibat luapan Saluran Bembang yang besar ditambah Sungai Citarum yang jebol, akhirnya semua area sawah terendam dan terancam mati. Diperkirakan, luapan Saluran Bembang hingga sawah di Ciptamarga sekitar 1 km dan luapan itu merendam hingga ribuan hektar sawah. (spn)
1 comments:
Kang salam ti abdi, banjir kumaha kang
Post a Comment