Garuk Terminal Dengklok Harus Digaruk

Saturday, August 23, 2008



RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat Rengasdengklok mulai resah akibat aksi tukang ojek dan tukang becak di Terminal Rengasdengklok. Mereka menghentikan angkutan persis di depan terminal untuk mengambil penumpang angkutan tersebut. Padahal biasanya jalur angkutan hingga ke Pasar Rengasdengklok.

Ketua Persatuan Angkutan Umum Rengasdengklok (Persukad), Yayat S, mengatakan itu Jumat (1/8) kepada RAKA. Tidak hanya dia juga menginginkan agar terminal Rengasdengklok digaruk saja dan lahannya dijadikan kantor dinas pemerintahan atau sejenisnya. Apalagi sejak dibangun terminal ini memang tidak difungsikan. Alasannya, terminal ini jauh dari pusat pasar Rengasdengklok. Untuk mencapai pasar, maka penumpang yang turun dari terminal harus naik angkot lagi atau becak. "Sebaiknya terminal ini digaruk saja dan diratakan karena setiap jelang Lebaran Idul Fitri selalu menggundang pertikaian antara sopir angkot dan tukang ojek," katanya.

Dilanjutkan Yayat, pemerintah harus mampu memulihkan kondisi seperti itu, karena pihak kepolisian setempat kadang tidak mampu merelai perkelahian antara sopir angkot dan ojek. Apalagi penumpang yang punya ongkos pas-pasan, selain diperlakukan tidak wajar, yaitu dipaksa turun dari angkot, mereka juga lelah jika harus berjalan kaki sepanjang 1 km dari terminal hingga Kota Rengasdengklok menuju angkot jurusan Batujaya atau Pedes yang mangkal di Karanganyar, perbatasan Kecamatan Rengasdengklok dan Kecamatan Kutawaluya.

Hal senada dijelaskan Humas Persukad, M. Urin, harusnya ojek dan becak ini santun dan menghormati penumpang yang lelah berpuasa. Ojek dan becak juga harusnya menunggu angkot di dalam terminal, tanpa harus memaksa pun penumpang pasti akan sadar, karena mereka butuh jasa angkutan, jadi tidak harus dipaksa turun dan ditarik-tarik naik ojek dan becak. Kata Urin, memang sulit mengatasi hal ini, karena semua tukang ojek dan becak sama-sama ingin memperoleh penumpang. "Memang benar, harusnya terminal ini dipugar dan selanjutnya pemerintah mendirikan bangunan baru yang lebih bermanfaat," ucapnya.

Terminal yang ideal, kata Urin, memang harus dekat dengan pasar, seperti pembangunan pasar dan terminal yang sempat digarap PT. Kaliwangi. Diakuinya terminal seperti itulah yang cocok untuk kultur Rengasdengklok. Jika saja tidak ditentang Pedagang Kaki Lima (PKL), kemungkinan kejadian tahunan setiap bulan puasa jelang lebaran di terminal Rengasdengklok ini tidak akan terjadi.

"Kita semua ingin ketenangan, jika penumpang dipaksa turun hingga keluar emosi dan perkelahian maka jelas terminal ini 'mudhorot' tidak bermanfaat. Saya setuju jika terminal ini digaruk, diratakan dan dibangun sarana lain yang bermanfaat bagi masyarakat," jelasnya.

Warga Rengasdengklok, Didin menyatakan, sejak awal terminal itu hanya menuai perkelahian. Bahkan tidak sedikit pemudik yang kecopetan saat turun dari angkot. Ini disebabkan tukang ojek dan becak saling berdesakan berebut penumpang. Tidak jarang pula, tukang ojek dan becak bersikap 'seronoh' pada penumpang kaum hawa. "Saya setuju jika di terminal itu dibangun gedung sanggar kesenian, karena selama ini belum ada di Rengasdengklok," tukasnya. (spn)

0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan